PELAJARAN2
KITAB
SUCI PERJANJIAN BARU
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir pelajaran, saya dapat:
1. menjelaskan proses terjadinya Kitab Suci
Perjanjian Baru;
2. menyebutkan bagian-bagian Kitab Suci
Perjanjian Baru;
3. menjelaskan alasan membaca Kitab Suci (lih.
2Tim 3: 16-17);
4. membaca Kitab Suci dengan baik.
LATAR BELAKANG
Kitab
Suci Perjanjian Baru berisi tentang kesaksian dan renungan yang mendalam
dari umat Kristen perdana mengenai Yesus Kristus. Inti pewartaan
yang disampaikan di dalamnya ialah bahwa Yesus sungguh-sungguh Tuhan dan
Penyelamat. Beberapa orang dipilih oleh Tuhan sendiri untuk menuangkan
kesaksian-kesaksian tersebut ke dalam bentuk tulisan. Bentuk tulisan mereka disebut
Perjanjian Baru karena berisi perjanjian antara Allah dan manusia yang terjadi
di dalam diri Yesus dan ditulis setelah Yesus bangkit. Disebut perjanjian
karena menurut Alkitab hubungan manusia dan Allah terjalin dalam bentuk
perjanjian. Dengan perjanjian dimaksudkan “hubungan khusus dan tidak biasa yang
terjalin antara Allah dan manusia”. Allah bersatu dengan umat manusia demi
keselamatannya. Dengan Perjanjian Lama dimaksudkan hubungan khusus yang
terjalin antara Allah dengan para Bapa Bangsa dan Umat Israel. Sedangkan Perjanjian
Baru hubungan yang terjalin antara Allah dan manusia di dalam Yesus Kristus.
Perjanjian
Baru melanjutkan dan menyempurnakan Perjanjian Lama. Di samping itu, Perjanjian
Baru memang berisi tentang “Perjanjian Baru” (lih. Luk 22: 20), yang
oleh Allah diikat dengan umat manusia melalui Yesus Kristus. Artinya, perjanjian
itu bersifat kekal, sebab hubungan Allah dan manusia di dalam Yesus Kristus
tidak pernah akan putus.
“Konsili
Suci mendesak dengan sangat semua orang beriman supaya sering kali membaca
Kitab-Kitab ilahi untuk memperoleh pengertian yang mulia akan Yesus Kristus
(Dei Verbum Art. 25). Santo Paulus pun dalam suratnya yang kedua kepada
Timotius mengatakan bahwa “segala tulisan yang diilhamkan Allah (Kitab Suci)
memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki
kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (lih. 2Tim 3: 26). St.
Hironimus berkata “Tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus.”
Melalui
proses pembelajaran tentang Kitab Suci Perjanjian Baru, para kita diajak untuk
mengenal Alkitab sebagai buku kesaksian iman sekaligus sebagai firman Tuhan
yang tertulis. Kita akan belajar tentang proses terjadinya Kitab Suci
Perjanjian Baru secara garis besar. Kemudian, juga mengenal pembagian Kitab
Suci Perjanjian Baru. Akhirnya, kita dapat menyadari pentingnya mendalami sabda
Tuhan dalam Kitab Suci.
A.
Proses
Terbentuknya Rasa Kagum, Cinta, dan Percaya kepada Seorang Tokoh
IBU TERESA DARI CALCUTA
(Oleh: Adrian)
Pada
zaman sekarang ini, kita masih mengenal seorang tokoh yang pantas untuk diberi
sebagai orang kudus, yakni Ibu Teresa dari Calcuta, India. Ia adalah seorang
Suster (biarawati) yang menghayati hidup Kristiani hampir secara sempurna.
Seluruh diri dan hidupnya diserahkan kepada Tuhan dalam pengabdiannya terhadap
orang-orang yang paling dilupakan di bumi ini.
Ibu
Teresa merawat para penderita lepra, membersihkan luka-luka orang sakit,
memberi makan kepada orang-orang lapar, memberi tumpangan kepada orang-orang
yang tidak punya rumah, memungut orang-orang yang hampir mati di jalan-jalan
agar mereka mati secara layak sebagai seorang manusia. Ibu Teresa hidup dan
makan bersama-sama dengan orang-orang miskin itu. Ia makan apa yang mereka
makan.
Ibu
Teresa, walaupun sebagai seorang Suster (biarawati), berpakaian seperti pakaian
orang kebanyakan. Semua itu dilakukannya dengan setulus hati. Ibu Teresa pernah
mengatakan bahwa Allah itu artinya “memberi”. Ia telah berusaha untuk mencontoh
semangat hidup Allahnya itu. Ia memberikan seluruh diri dan hidupnya bagi Tuhan
dan bagi sesama yang paling menderita. Ibu Teresa sungguh-sungguh merupakan
teladan sejati bagi orang-orang Kristiani. Ia telah memberikan kepada kita
contoh bagaimana seharusnya seorang Kristiani bersikap dan berbuat.
Mendalami isi/pesan dari kisah
tentang “Ibu Teresa”.
1. Siapa penulis cerita kecil tentang Ibu Teresa
di atas?
2. Apakah ia seorang pengagum Ibu Teresa?
Mengapa?
3. Kalimat-kalimat mana yang menunjukkan rasa
kagum dan cintanya kepada Ibu Teresa?
4. Sekiranya ada seseorang yang benci dan cemburu
terhadap Ibu Teresa, apakah ia akan menulis seperti itu? Mengapa?
Kita biasa bercerita tentang orang-orang yang
kita kagumi dan kita kasihi yang mungkin telah meninggal. Cerita-cerita itu
biasanya sudah diwarnai rasa cinta, rasa kagum, dan rasa percaya kepada tokoh
tersebut. Cerita tentang tokoh itu akan berbeda jika diceritakan oleh
orang-orang yang membencinya. Jadi, jika kita bercerita tentang tokoh yang kita
cintai dan kita percayai, sebenarnya kita mau mengungkapkan kepercayaan dan
cinta kita kepadanya. Cerita kita sudah diwarnai oleh kepercayaan dan cinta
kita kepadanya. Bagaimana dengan orang-orang yang menulis tentang Yesus?
B.
Proses
Terbentuknya Rasa Cinta dan Percaya kepada Yesus dalam Kitab Suci
YESUS DIBAPTIS OLEH
YOHANES
(Mrk 1: 9-11)
Pada
waktu itu datanglah Yesus dari Nazareth di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di
sungai Yordan oleh Yohanes. Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit
terkoyak dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Lalu terdengarlah
suara dari surga: “Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”
Mendalami isi/pesan dari kutipan
Injil
1. Dalam
kutipan Injil tersebut di atas, ada hal-hal yang luar biasa. Misalnya, langit
yang terkoyak itu. Apakah betul langit terkoyak?
2. Bagaimanakah
gambaran kalian tentang langit terkoyak itu?
3. Apa sebenarnya yang mau dikatakan oleh
penginjil Markus dengan cerita itu?
Penegasan!
Kisah dalam kutipan Injil Markus di atas bukan
suatu laporan, tetapi suatu kisah yang mempunyai arti sangat mendalam. Kisah
itu mau mengungkapkan iman umat perdana dan iman pengarang Injil (Markus)
sendiri bahwa:
·
Yesus, Sang
Mesias, mau dibaptis seperti
orang lain yang datang kepada Yohanes Pembaptis untuk menyatakan kesetiakawanan-Nya
kepada manusia. Yesus mau menerima pembaptisan itu sebagai saudara yang senasib
dan sependeritaan dengan manusia.
·
Dalam
peristiwa yang mengharukan, di mana Yesus merendahkan diri sama seperti
manusia lain untuk dibaptis oleh Yohanes, Allah sendiri telah melantik Yesus
untuk menjadi Mesias. Kata-kata pelantikan itu berbunyi: “Engkau Anak yang
Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”
Jadi, Yesus adalah Mesias, Putra
Allah. Itulah iman umat perdana dan iman penginjil (Markus) yang diungkapkan
dalam kisah di atas. Kisah itu sudah sangat diwarnai oleh iman mereka terhadap
Kristus yang telah bangkit.
Penegasan!
Ketika
Yesus masih hidup tidak ada orang yang mencatat apa yang dibuat atau
dikatakan-Nya. Namun, sesudah Yesus bangkit, murid-murid dan pengagum-Nya yang
sangat terpukul oleh kematiannya, tiba-tiba mendapat semangat dan keyakinan
baru yang luar biasa. Kemudian, mereka mulai bercerita dan mewartakan tentang
diri Yesus dari Nazareth itu. Mereka begitu yakin bahwa Allah yang telah
membangkitkan Yesus, maka mereka menyetujui dan membenarkan segala apa yang
diajarkan-Nya dan dilakukan-Nya. Mereka mulai bercerita dan mewartakan tentang
Yesus, ajaran, dan tindakan-Nya. Tetapi, semua kisah yang ditulis itu sudah
sangat diwarnai oleh rasa cinta, rasa kagum, dan kepercayaan mereka terhadap
Yesus. Banyak kisah tentang Yesus beredar di antara pengikut-pengikut-Nya.
Sekitar
60 sampai dengan 90 tahun kemudian, muncullah pikiran di antara murid-murid
Yesus untuk menuliskan tentang Yesus (hidup-Nya, ajaran-Nya, dan tindakan-Nya).
Dengan bimbingan Roh Kudus, mereka menuliskan kisah tentang Yesus (hidup-Nya,
ajaran-Nya, dan tindakan-Nya). Mereka menulis tentang Yesus berdasarkan
cerita-cerita dari para pengikut-Nya dan para saksi mata yang sudah beredar dan
berkembang luas di tengah umat dan sudah sangat diwarnai oleh rasa kagum, rasa
cinta, dan iman mereka kepada-Nya (bdk. Luk 1: 1-4).
Tulisan-tulisan
dalam Perjanjian Baru tersebut, misalnya Injil, bukanlah sebagai buku laporan
atau sejarah yang teliti, tetapi sebagai buku iman dan cinta dari umat perdana
tentang Yesus. Oleha karena itu, tulisan-tulisan tersebut dipengaruhi pula oleh
iman dan maksud dari pengarangnya. Oleh sebab itu, kita tidak perlu heran jika
tulisan-tulisan dari para penulis tentang Yesus tersebut terdapat perbedaan.
Sebab, mereka bukan menulis suatu laporan atau sejarah yang teliti tentang
Yesus, tetapi lebih tentang iman dan cinta mereka kepada Yesus Kristus.
Untuk
mengetahui proses terjadinya tulisan-tulisan mengenai Yesus, sebaiknya kita
mulai dari periode hidup Yesus sampai pembentukan kanon Perjanjian Baru.
·
Antara tahun
7/6 S.M. – 30 Masehi: Periode Hidup Yesus.
Yesus lahir
kurang lebih tahun 7/6 Sebelum Masehi. Sekitar tahun 27 atau 28, Ia dibaptis
oleh Yohanes dan kemudian tampil di depan umum. Yesus tampil di depan umum
untuk melaksanakan tugas pewartaan selama kurang lebih tiga tahun. Yesus
berkeliling mulai dari Galilea sampai Yudea untuk mewartakan Kerajaan Allah
dengan perkataan dan perbuatan. Sampai akhirnya Yesus ditangkap dan dijatuhi
hukuman mati oleh Pengadilan Agama (Mahkamah Agama) dan disalib atas izin
pemerintah Roma (Ponsius Pilatus).
·
Antara tahun
30 - 120 Masehi: Penyusunan Kitab Suci Perjanjian Baru.
Yesus yang
wafat disalib, ternyata dialami sebagai Tuhan yang hidup, yang mengumpulkan
kembali murid-murid dan memberi mereka daya hidup baru. Mereka percaya bahwa
Yesus telah bangkit. Dalam terang kebangkitan inilah para murid mulai
mewartakan Yesus, pertama-tama kepada orang Yahudi, kemudian berkembang kepada
bangsa-bangsa bukan Yahudi. Para murid dengan penuh keyakinan mewartakan bahwa
Allah telah menjadikan Yesus yang wafat disalib sebagai Kristus, Tuhan,
Penyelamat, dan Hakim seluruh umat manusia. Mula-mula murid-murid Yesus hanya
secara lisan menyebarkan kabar tentang Yesus. Tetapi setelah jemaat berkembang,
mereka berhubungan satu sama lain melalui utusan dan surat-surat (bdk.
Kis 15: 2-20). Para rasul dengan alasan tertentu mengirim surat kepada jemaat
atau orang perorangan (lih. 2Tes 2: 2).
Kemudian, orang mulai menulis beberapa
pokok iman yang paling penting dan beberapa cerita serta sabda-sabda Yesus.
Ketika generasi pertama Kristen mulai menghilang, para murid/pengikut Yesus
merasa terpanggil untuk menuliskan segala sesuatu yang berkaitan dengan Yesus.
Dari tulisan-tulisan tersebut berkembanglah
karangan-karangan yang berupa Injil dan Kisah Para Rasul serta Wahyu
sebagaimana tercantum dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. Demikian pula, surat-surat
dari para rasul mulai dikumpulkan.
·
Antara tahun
120 - 400 Masehi: Pembentukan Kanon (Daftar resmi Kitab Suci Perjanjian
Baru).
Banyak
karangan tentang Yesus yang beredar. Hal ini membingungkan umat beriman. Umat
sukar membedakan mana karangan yang sungguh menjadi pedoman dan mana karangan
yang palsu. Akhirnya, Gereja dalam kurun waktu tersebut menetapkan 27 kitab
sebagai kanonik, artinya diakui sebagai Kitab Suci.
C.
Mencermati
Jumlah Kitab Suci Perjanjian Baru dan Pembagiannya
PENGELOMPOKAN KITAB SUCI
PERJANJIAN BARU
Injil Kisah Surat-surat
Para
Rasul Paulus
1. Matius 1. Kisah Para Rasul 1.
Roma
2. Markus 2. I Korintus
3. Lukas 3. II Korintus
4. Yohanes 4. Galatia
5.
Efesus
6.
Filiipi
7.
Kolose
8.
I Tesalonika
9.
II Tesalonika
10.
I Timotius
11.
II Timotius
12.
Titus
13.
Filemon
Surat Kepada Surat-surat Wahyu
Orang Ibrani Katolik
Surat Kepada 1. Yakobus
Orang Ibrani 2. I Petrus Kitab Wahyu
3.
II Petrus
4.
I Yohanes
5.
II Yohanes
6.
III Yohanes
7.
Yudas
D.
Mendalami
Alasan Membaca Kitab Suci
Mengapa kita harus membaca dan mendalami sabda
Tuhan yang terdapat dalam Kitab Suci?
·
“Karena
tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus.” Ungkapan ini berasal
dari Santo Hieronimus untuk menegaskan bahwa sarana utama untuk dapat mengenal
Kristus adalah Kitab Suci.
·
Karena iman
tumbuh dan berkembang dengan membaca Kitab Suci. Santo Paulus kepada Timoteus
menegaskan: “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk
mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan mendidik
orang dalam kebenaran.” (lih. 2Tim 3: 16-17).
·
Karena Kitab
Suci adalah buku Gereja, buku iman Gereja. Kitab Suci adalah sabda Allah dalam
bahasa manusia. Gereja menerimanya sebagai suci dan ilahi karena di dalamnya
mengandung sabda Allah. Dari sebab itu, Kitab Suci (Alkitab) bersama Tradisi
merupakan tolok ukur tertinggi dari iman Gereja.
·
Karena
melalui Kitab Suci, kita dapat semakin mempersatukan diri dengan
saudara-saudara kita dari Gereja-Gereja Kristen lainnya.
Kitab Suci adalah firman Allah
yang tertulis.
Firman Allah itu dapat menjadi hidup apabila dibaca atau dibacakan dan didengar
dengan iman. Firman yang hidup itu akan menjadi firman yang berdaya, karena
dapat mengubah hidup manusia. Karena itu, firman Allah harus dihayati dan
diwujudkan di dalam hidup nyata.
Alangkah baiknya jika kita
masing-masing mulai membaca Kitab Suci. Membaca Kitab Suci dalam rangka membina
sikap iman sebenarnya hanya ada dua syarat, yaitu:
·
Pertama: Iman dan keyakinan bahwa Kitab Suci
(Alkitab) bukan surat kabar atau cerita pendek, melainkan Kitab yang dipakai
Tuhan untuk berfirman. Oleh karena itu, membaca Kitab Suci harus dengan sikap
iman dan dalam suasana doa.
·
Kedua: Ketekunan dan membiasakan diri membaca
Kitab Suci. Bila orang membiasakan membaca Kitab Suci dengan tekun, pasti
muncul juga hasrat untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan tentang
isi/pesan-pesan Kitab Suci (Alkitab) bagi diri kita.
SOAL LATIHAN!
1. Jelaskan dengan kata-kata kalian sendiri
bagaimana proses terjadinya Kitab Suci!
2. Sebutkan bagian-bagian Kitab Suci Perjanjian
Lama!
3. Sebutkan bagian-bagian Kitab Suci Perjanjian
Baru!
4. Bagaimana hubungan antara Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru!
5. Berilah beberapa alasan, mengapa kita perlu
membaca sabda Tuhan dalam Kitab Suci!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar