Rabu, 21 Januari 2015

PELAJARAN 2



PELAJARAN2
KITAB SUCI PERJANJIAN BARU

TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir pelajaran, saya dapat:
1.   menjelaskan proses terjadinya Kitab Suci Perjanjian Baru;
2.   menyebutkan bagian-bagian Kitab Suci Perjanjian Baru;
3.   menjelaskan alasan membaca Kitab Suci (lih. 2Tim 3: 16-17);
4.   membaca Kitab Suci dengan baik.

LATAR BELAKANG

Kitab Suci Perjanjian Baru berisi tentang kesaksian dan renungan yang mendalam dari umat Kristen perdana mengenai Yesus Kristus. Inti pewartaan yang disampaikan di dalamnya ialah bahwa Yesus sungguh-sungguh Tuhan dan Penyelamat. Beberapa orang dipilih oleh Tuhan sendiri untuk menuangkan kesaksian-kesaksian tersebut ke dalam bentuk tulisan. Bentuk tulisan mereka disebut Perjanjian Baru karena berisi perjanjian antara Allah dan manusia yang terjadi di dalam diri Yesus dan ditulis setelah Yesus bangkit. Disebut perjanjian karena menurut Alkitab hubungan manusia dan Allah terjalin dalam bentuk perjanjian. Dengan perjanjian dimaksudkan “hubungan khusus dan tidak biasa yang terjalin antara Allah dan manusia”. Allah bersatu dengan umat manusia demi keselamatannya. Dengan Perjanjian Lama dimaksudkan hubungan khusus yang terjalin antara Allah dengan para Bapa Bangsa dan Umat Israel. Sedangkan Perjanjian Baru hubungan yang terjalin antara Allah dan manusia di dalam Yesus Kristus.
Perjanjian Baru melanjutkan dan menyempurnakan Perjanjian Lama. Di samping itu, Perjanjian Baru memang berisi tentang “Perjanjian Baru” (lih. Luk 22: 20), yang oleh Allah diikat dengan umat manusia melalui Yesus Kristus. Artinya, perjanjian itu bersifat kekal, sebab hubungan Allah dan manusia di dalam Yesus Kristus tidak pernah akan putus.
“Konsili Suci mendesak dengan sangat semua orang beriman supaya sering kali membaca Kitab-Kitab ilahi untuk memperoleh pengertian yang mulia akan Yesus Kristus (Dei Verbum Art. 25). Santo Paulus pun dalam suratnya yang kedua kepada Timotius mengatakan bahwa “segala tulisan yang diilhamkan Allah (Kitab Suci) memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (lih. 2Tim 3: 26). St. Hironimus berkata “Tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus.”
Melalui proses pembelajaran tentang Kitab Suci Perjanjian Baru, para kita diajak untuk mengenal Alkitab sebagai buku kesaksian iman sekaligus sebagai firman Tuhan yang tertulis. Kita akan belajar tentang proses terjadinya Kitab Suci Perjanjian Baru secara garis besar. Kemudian, juga mengenal pembagian Kitab Suci Perjanjian Baru. Akhirnya, kita dapat menyadari pentingnya mendalami sabda Tuhan dalam Kitab Suci.
A.     Proses Terbentuknya Rasa Kagum, Cinta, dan Percaya kepada Seorang Tokoh

IBU TERESA DARI CALCUTA
(Oleh: Adrian)
Pada zaman sekarang ini, kita masih mengenal seorang tokoh yang pantas untuk diberi sebagai orang kudus, yakni Ibu Teresa dari Calcuta, India. Ia adalah seorang Suster (biarawati) yang menghayati hidup Kristiani hampir secara sempurna. Seluruh diri dan hidupnya diserahkan kepada Tuhan dalam pengabdiannya terhadap orang-orang yang paling dilupakan di bumi ini.
Ibu Teresa merawat para penderita lepra, membersihkan luka-luka orang sakit, memberi makan kepada orang-orang lapar, memberi tumpangan kepada orang-orang yang tidak punya rumah, memungut orang-orang yang hampir mati di jalan-jalan agar mereka mati secara layak sebagai seorang manusia. Ibu Teresa hidup dan makan bersama-sama dengan orang-orang miskin itu. Ia makan apa yang mereka makan.
Ibu Teresa, walaupun sebagai seorang Suster (biarawati), berpakaian seperti pakaian orang kebanyakan. Semua itu dilakukannya dengan setulus hati. Ibu Teresa pernah mengatakan bahwa Allah itu artinya “memberi”. Ia telah berusaha untuk mencontoh semangat hidup Allahnya itu. Ia memberikan seluruh diri dan hidupnya bagi Tuhan dan bagi sesama yang paling menderita. Ibu Teresa sungguh-sungguh merupakan teladan sejati bagi orang-orang Kristiani. Ia telah memberikan kepada kita contoh bagaimana seharusnya seorang Kristiani bersikap dan berbuat.

Mendalami isi/pesan dari kisah tentang “Ibu Teresa”.
1.  Siapa penulis cerita kecil tentang Ibu Teresa di atas?
2.  Apakah ia seorang pengagum Ibu Teresa? Mengapa?
3.  Kalimat-kalimat mana yang menunjukkan rasa kagum dan cintanya kepada Ibu Teresa?
4.  Sekiranya ada seseorang yang benci dan cemburu terhadap Ibu Teresa, apakah ia akan menulis seperti itu? Mengapa?

Kita biasa bercerita tentang orang-orang yang kita kagumi dan kita kasihi yang mungkin telah meninggal. Cerita-cerita itu biasanya sudah diwarnai rasa cinta, rasa kagum, dan rasa percaya kepada tokoh tersebut. Cerita tentang tokoh itu akan berbeda jika diceritakan oleh orang-orang yang membencinya. Jadi, jika kita bercerita tentang tokoh yang kita cintai dan kita percayai, sebenarnya kita mau mengungkapkan kepercayaan dan cinta kita kepadanya. Cerita kita sudah diwarnai oleh kepercayaan dan cinta kita kepadanya. Bagaimana dengan orang-orang yang menulis tentang Yesus?

B.     Proses Terbentuknya Rasa Cinta dan Percaya kepada Yesus dalam Kitab Suci

YESUS DIBAPTIS OLEH YOHANES
(Mrk 1: 9-11)
Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazareth di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Lalu terdengarlah suara dari surga: “Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”

Mendalami isi/pesan dari kutipan Injil
1.   Dalam kutipan Injil tersebut di atas, ada hal-hal yang luar biasa. Misalnya, langit yang terkoyak itu. Apakah betul langit terkoyak?
2.   Bagaimanakah gambaran kalian tentang langit terkoyak itu?
3.   Apa sebenarnya yang mau dikatakan oleh penginjil Markus dengan cerita itu?

Penegasan!
Kisah dalam kutipan Injil Markus di atas bukan suatu laporan, tetapi suatu kisah yang mempunyai arti sangat mendalam. Kisah itu mau mengungkapkan iman umat perdana dan iman pengarang Injil (Markus) sendiri bahwa:
·         Yesus, Sang Mesias, mau dibaptis seperti orang lain yang datang kepada Yohanes Pembaptis untuk menyatakan kesetiakawanan-Nya kepada manusia. Yesus mau menerima pembaptisan itu sebagai saudara yang senasib dan sependeritaan dengan manusia.
·         Dalam peristiwa yang mengharukan, di mana Yesus merendahkan diri sama seperti manusia lain untuk dibaptis oleh Yohanes, Allah sendiri telah melantik Yesus untuk menjadi Mesias. Kata-kata pelantikan itu berbunyi: “Engkau Anak yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”
Jadi, Yesus adalah Mesias, Putra Allah. Itulah iman umat perdana dan iman penginjil (Markus) yang diungkapkan dalam kisah di atas. Kisah itu sudah sangat diwarnai oleh iman mereka terhadap Kristus yang telah bangkit.

Penegasan!
Ketika Yesus masih hidup tidak ada orang yang mencatat apa yang dibuat atau dikatakan-Nya. Namun, sesudah Yesus bangkit, murid-murid dan pengagum-Nya yang sangat terpukul oleh kematiannya, tiba-tiba mendapat semangat dan keyakinan baru yang luar biasa. Kemudian, mereka mulai bercerita dan mewartakan tentang diri Yesus dari Nazareth itu. Mereka begitu yakin bahwa Allah yang telah membangkitkan Yesus, maka mereka menyetujui dan membenarkan segala apa yang diajarkan-Nya dan dilakukan-Nya. Mereka mulai bercerita dan mewartakan tentang Yesus, ajaran, dan tindakan-Nya. Tetapi, semua kisah yang ditulis itu sudah sangat diwarnai oleh rasa cinta, rasa kagum, dan kepercayaan mereka terhadap Yesus. Banyak kisah tentang Yesus beredar di antara pengikut-pengikut-Nya.
Sekitar 60 sampai dengan 90 tahun kemudian, muncullah pikiran di antara murid-murid Yesus untuk menuliskan tentang Yesus (hidup-Nya, ajaran-Nya, dan tindakan-Nya). Dengan bimbingan Roh Kudus, mereka menuliskan kisah tentang Yesus (hidup-Nya, ajaran-Nya, dan tindakan-Nya). Mereka menulis tentang Yesus berdasarkan cerita-cerita dari para pengikut-Nya dan para saksi mata yang sudah beredar dan berkembang luas di tengah umat dan sudah sangat diwarnai oleh rasa kagum, rasa cinta, dan iman mereka kepada-Nya (bdk. Luk 1: 1-4).
Tulisan-tulisan dalam Perjanjian Baru tersebut, misalnya Injil, bukanlah sebagai buku laporan atau sejarah yang teliti, tetapi sebagai buku iman dan cinta dari umat perdana tentang Yesus. Oleha karena itu, tulisan-tulisan tersebut dipengaruhi pula oleh iman dan maksud dari pengarangnya. Oleh sebab itu, kita tidak perlu heran jika tulisan-tulisan dari para penulis tentang Yesus tersebut terdapat perbedaan. Sebab, mereka bukan menulis suatu laporan atau sejarah yang teliti tentang Yesus, tetapi lebih tentang iman dan cinta mereka kepada Yesus Kristus.
Untuk mengetahui proses terjadinya tulisan-tulisan mengenai Yesus, sebaiknya kita mulai dari periode hidup Yesus sampai pembentukan kanon Perjanjian Baru.
·         Antara tahun 7/6 S.M. – 30 Masehi: Periode Hidup Yesus.
Yesus lahir kurang lebih tahun 7/6 Sebelum Masehi. Sekitar tahun 27 atau 28, Ia dibaptis oleh Yohanes dan kemudian tampil di depan umum. Yesus tampil di depan umum untuk melaksanakan tugas pewartaan selama kurang lebih tiga tahun. Yesus berkeliling mulai dari Galilea sampai Yudea untuk mewartakan Kerajaan Allah dengan perkataan dan perbuatan. Sampai akhirnya Yesus ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Agama (Mahkamah Agama) dan disalib atas izin pemerintah Roma (Ponsius Pilatus).
·         Antara tahun 30 - 120 Masehi: Penyusunan Kitab Suci Perjanjian Baru.
Yesus yang wafat disalib, ternyata dialami sebagai Tuhan yang hidup, yang mengumpulkan kembali murid-murid dan memberi mereka daya hidup baru. Mereka percaya bahwa Yesus telah bangkit. Dalam terang kebangkitan inilah para murid mulai mewartakan Yesus, pertama-tama kepada orang Yahudi, kemudian berkembang kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Para murid dengan penuh keyakinan mewartakan bahwa Allah telah menjadikan Yesus yang wafat disalib sebagai Kristus, Tuhan, Penyelamat, dan Hakim seluruh umat manusia. Mula-mula murid-murid Yesus hanya secara lisan menyebarkan kabar tentang Yesus. Tetapi setelah jemaat berkembang, mereka berhubungan satu sama lain melalui utusan dan surat-surat (bdk. Kis 15: 2-20). Para rasul dengan alasan tertentu mengirim surat kepada jemaat atau orang perorangan (lih. 2Tes 2: 2).
     Kemudian, orang mulai menulis beberapa pokok iman yang paling penting dan beberapa cerita serta sabda-sabda Yesus. Ketika generasi pertama Kristen mulai menghilang, para murid/pengikut Yesus merasa terpanggil untuk menuliskan segala sesuatu yang berkaitan dengan Yesus.
     Dari tulisan-tulisan tersebut berkembanglah karangan-karangan yang berupa Injil dan Kisah Para Rasul serta Wahyu sebagaimana tercantum dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. Demikian pula, surat-surat dari para rasul mulai dikumpulkan.
·         Antara tahun 120 - 400 Masehi: Pembentukan Kanon (Daftar resmi Kitab Suci Perjanjian Baru).
Banyak karangan tentang Yesus yang beredar. Hal ini membingungkan umat beriman. Umat sukar membedakan mana karangan yang sungguh menjadi pedoman dan mana karangan yang palsu. Akhirnya, Gereja dalam kurun waktu tersebut menetapkan 27 kitab sebagai kanonik, artinya diakui sebagai Kitab Suci.

C.      Mencermati Jumlah Kitab Suci Perjanjian Baru dan Pembagiannya
PENGELOMPOKAN KITAB SUCI PERJANJIAN BARU
     Injil                     Kisah                          Surat-surat
                             Para Rasul                          Paulus
1. Matius            1. Kisah Para Rasul      1. Roma
2. Markus                                                 2. I Korintus
3. Lukas                                                    3. II Korintus
4. Yohanes                                               4. Galatia
                                                                  5. Efesus
                                                                  6. Filiipi
                                                                  7. Kolose
                                                                  8. I Tesalonika
                                                                  9. II Tesalonika
                                                                  10. I Timotius
                                                                  11. II Timotius
                                                                  12. Titus
                                                                  13. Filemon


Surat Kepada         Surat-surat                      Wahyu
Orang Ibrani              Katolik                               
Surat Kepada          1. Yakobus
Orang Ibrani           2. I Petrus                         Kitab Wahyu
                                 3. II Petrus                      
                                 4. I Yohanes                    
                                 5. II Yohanes                   
                                 6. III Yohanes                  
                                 7. Yudas                           


D.     Mendalami Alasan Membaca Kitab Suci
Mengapa kita harus membaca dan mendalami sabda Tuhan yang terdapat dalam Kitab Suci?
·         “Karena tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus.” Ungkapan ini berasal dari Santo Hieronimus untuk menegaskan bahwa sarana utama untuk dapat mengenal Kristus adalah Kitab Suci.
·         Karena iman tumbuh dan berkembang dengan membaca Kitab Suci. Santo Paulus kepada Timoteus menegaskan: “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang dalam kebenaran.” (lih. 2Tim 3: 16-17).
·         Karena Kitab Suci adalah buku Gereja, buku iman Gereja. Kitab Suci adalah sabda Allah dalam bahasa manusia. Gereja menerimanya sebagai suci dan ilahi karena di dalamnya mengandung sabda Allah. Dari sebab itu, Kitab Suci (Alkitab) bersama Tradisi merupakan tolok ukur tertinggi dari iman Gereja.
·         Karena melalui Kitab Suci, kita dapat semakin mempersatukan diri dengan saudara-saudara kita dari Gereja-Gereja Kristen lainnya.

Kitab Suci adalah firman Allah yang tertulis. Firman Allah itu dapat menjadi hidup apabila dibaca atau dibacakan dan didengar dengan iman. Firman yang hidup itu akan menjadi firman yang berdaya, karena dapat mengubah hidup manusia. Karena itu, firman Allah harus dihayati dan diwujudkan di dalam hidup nyata.
Alangkah baiknya jika kita masing-masing mulai membaca Kitab Suci. Membaca Kitab Suci dalam rangka membina sikap iman sebenarnya hanya ada dua syarat, yaitu:
·         Pertama: Iman dan keyakinan bahwa Kitab Suci (Alkitab) bukan surat kabar atau cerita pendek, melainkan Kitab yang dipakai Tuhan untuk berfirman. Oleh karena itu, membaca Kitab Suci harus dengan sikap iman dan dalam suasana doa.
·         Kedua: Ketekunan dan membiasakan diri membaca Kitab Suci. Bila orang membiasakan membaca Kitab Suci dengan tekun, pasti muncul juga hasrat untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan tentang isi/pesan-pesan Kitab Suci (Alkitab) bagi diri kita.


SOAL LATIHAN!

1.   Jelaskan dengan kata-kata kalian sendiri bagaimana proses terjadinya Kitab Suci!
2.   Sebutkan bagian-bagian Kitab Suci Perjanjian Lama!
3.   Sebutkan bagian-bagian Kitab Suci Perjanjian Baru!
4.   Bagaimana hubungan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru!
5.   Berilah beberapa alasan, mengapa kita perlu membaca sabda Tuhan dalam Kitab Suci!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar