PELAJARAN 4
TRADISI
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir pelajaran, saya dapat:
1. Memberi contoh bermacam-macam upacara atau
kepercayaan yang didasarkan pada tradisi setempat;
2. Menjelaskan arti tradisi dalam Gereja
Katolik;
3. Menjelaskan arti Injil Yoh 21: 24-25 dalam
kaitannya dengan tradisi dalam Gereja Katolik;
4. Menjelaskan persamaan dan perbedaan “Syahadat
Singkat” dan “Syahadat Panjang”;
5. Menyebutkan macam-macam tradisi yang ada
dalam Gereja Katolik;
6. Menjelaskan bahwa Kitab Suci bersama tradisi
dipandang sebagai norma iman yang tertinggi.
LATAR BELAKANG
Setiap masyarakat memiliki tradisi dari nenek
moyangnya. Banyak kepercayaan dan upacara atau sikap dan tindakan yang didasari
atas tradisi. Semua itu dilaksanakan karena merupakan kebiasaan yang sudah
terjadi secara turun-temurun. Tradisi-tradisi tersebut kebanyakan diteruskan
secara turun-temurun dan secara lisan. Ada juga beberapa tradisi yang
dewasa ini sudah mulai dibukukan.
“Gereja dalam ajaran, hidup, dan ibadatnya,
melestarikan dan meneruskan kepada semua keturunan, dirinya seluruhnya, dan
imannya seutuhnya.” (Dei Verbum Art. 8). Proses komunikasi atau penerusan
iman dari satu angkatan kepada angkatan berikutnya dan di antara orang sezaman
itulah yang disebut tradisi. “Tradisi berarti penyerahan, penerusan,
komunikasi terus-menerus. Tradisi bukan sesuatu yang ‘kolot’ atau dari zaman
dahulu, melainkan sesuatu yang masih terjadi sekarang ini juga. Gereja yang
hidup dan berkembang, itulah tradisi”.
Dalam tradisi itu ada satu kurun waktu yang istimewa,
yakni zaman Yesus dan para Rasul. Pada periode yang disebut zaman Gereja
Perdana, Tradisi sebelumnya dipenuhi dan diberi bentuk baru, yang selanjutnya
menjadi inti pokok untuk tradisi berikutnya, “yang dibangun di atas dasar para
rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.” (bdk.
Ef 2: 20). Maka, perumusan pengalaman iman Gereja Perdana yang disebut
Perjanjian Baru merupakan pusat dan sumber seluruh tradisi, karena di dalamnya
terungkap pengalaman iman Gereja Perdana. Pengalaman itu ditulis dengan ilham
Roh Kudus (Dei Verbum Art. 11) dan itu berarti bahwa Kitab Suci
mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan, kebenaran yang oleh
Allah mau dicantumkan di dalamnya demi keselamatan kita.
Gereja Katolik yakin bahwa Kitab Suci (Alkitab)
bersama Tradisi dinyatakan oleh Gereja sebagai “tolok ukur tertinggi iman
Gereja” (Dei Verbum Art. 21). Dengan kata “iman”, yang dimaksudkan
adalah baik iman objektif maupun iman subjektif. Jadi, “kebenaran-kebenaran
iman” yang mengacu kepada realitas yang diimani dan sikap hati serta
penghayatannya merupakan tanggapan manusia terhadap pewahyuan Allah.
Beberapa pokok penting yang perlu dipahami dan
disadari oleh kita adalah: arti tradisi secara umum, pengertian tradisi dalam
Gereja Katolik, macam-macam tradisi dan contohnya, membedakan “Syahadat Pendek”
dan “Syahadat Panjang” sebagai hasil tradisi Gereja. Dan yang penting adalah
keyakinan bahwa Kitab Suci bersama tradisi merupakan tolok ukur tertinggi bagi
seluruh iman dan kehidupan Gereja.
A. Arti dan Makna Tradisi dalam Suatu Suku atau Bangsa
"TRADISI MERAYAKAN TAHUN BARU"
Pada suku-suku Bajawa di Flores, tiap tahun diadakan
Tahun Baru tradisional atau REBA, yang jatuh pada bulan Desember sampai dengan
Februari setiap tahunnya. Pada perayaan Tahun Baru itu selalu terdapat suatu
upacara penghormatan kepada “UWI”, sejenis umbi, yang katanya menjadi makanan
pokok leluhur suku Bajawa yang bernama Sili dan keluarganya selama pelayaran
mereka (entah dari mana) menuju Tanah Terjanji, yaitu daerah Ngada sekarang
ini. Pada perayaan Tahun Baru tradisional tersebut senantiasa diperingati lagi
pelayaran leluhur suku-suku Bajawa menuju daerah Ngada sebagai negeri tujuan
dan peranan UWI itu.
UWI menjadi lambang kehidupan dan kesuburan bagi suku-suku
Bajawa. Perayaan tahun baru tersebut secara tradisional dirayakan dengan
nyanyian-nyanyian dan tarian untuk mengenangkan peristiwa pelayaran leluhur
Sili dan UWInya. Setiap warga Bajawa, dimana pun mereka berada, akan mengalami
kerinduan untuk pulang kampung jika saat Reba sudah semakin mendekat, supaya
dapat merayakan Tahun Baru tradisional yang mereka namakan Reba itu.
Mendalami isi/pesan cerita dengan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Mengapa ada kerinduan yang kuat pada
suku-suku Bajawa untuk merayakan REBA?
2. Sebutkan dan jelaskan pesta-pesta tradisional
di daerah kalian sendiri!
3. Sebutkan dan jelaskan berbagai ajaran
tradisional di daerah kalian sendiri!
4. Apakah upacara dan ajaran tradisional itu
penting bagi kalian? Mengapa?
Penegasan!
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tradisi diartikan
sebagai segala sesuatu (seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran, dan
sebagainya) yang secara turuntemurun diwariskan dari nenek moyang. Setiap
masyarakat memiliki tradisi sendiri-sendiri. Tradisi ini berkembang dan
diteruskan dari generasi yang satu kepada generasi berikutnya. Dalam
perkembangan selanjutnya, tradisi tersebut tentu saja mengalami perubahan dan
perkembangan. Beberapa tradisi sering juga hilang karena sudah tidak sesuai
dengan perkembangan zaman. Namun, pada banyak suku atau etnis, mereka umumnya
masih memelihara tradisi-tradisi tersebut.
Tradisi-tradisi dalam masyarakat
tersebut pada umumnya diteruskan kepada generasi berikutnya, terutama
diteruskan secara lisan. Banyak kebiasaan atau tradisi yang dilaksanakan
oleh masyarakat kita hanya didasarkan atas cerita lisan dari nenek moyang
sebelumnya. Meskipun demikian, kita harus mengakui bahwa ada beberapa tradisi
yang ditulis, walaupun lebih banyak yang disampaikan secara lisan.
B. Tradisi dalam Gereja Katolik
1. Arti Tradisi
dalam Gereja Katolik
Gereja senantiasa melestarikan dan
meneruskan hidup, ajaran, dan ibadatnya dari generasi ke generasi. Proses
penerusan atau komunikasi iman dari satu angkatan kepada angkatan berikut dan
di antara orang-orang seangkatan itulah yang disebut tradisi. Tradisi
berarti penyerahan, penerusan, dan komunikasi terus-menerus. Tradisi bukan
sesuatu yang “kolot” dari zaman dahulu, melainkan sesuatu yang masih terjadi
sekarang ini juga.
Dalam tradisi itu ada satu kurun
waktu yang istimewa, yakni zaman Yesus dan para rasul. Periode itu biasa
disebut zaman “Gereja Perdana”. Tradisi zaman Gereja Perdana menjadi
inti pokok untuk tradisi berikutnya, “dibangun di atas dasar para rasul dan
para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Ef 2: 20). Sebagian dari
tradisi itu kemudian ditulis, yang sekarang kita kenal sebagai Kitab Suci
Perjanjian Baru. Jadi, tidak semua tradisi ditulis, yang lainnya terus
disampaikan secara lisan dari generasi ke generasi. Kitab Suci Perjanjian Baru
yang ditulis dengan ilham Roh Kudus dengan teguh dan setia serta tanpa
kekeliruan, terus mengajarkan kebenaran yang oleh Allah mau dicantumkan di
dalamnya demi keselamatan kita.
Sesudah Gereja Perdana, Gereja terus
mengolah dan memperdalam ungkapan iman yang terdapat dalam Kitab Suci. (bdk.
Dei Verbum Art 8).
2. Contoh
Tradisi Ajaran Iman Gereja Katolik
Tradisi dan Kitab Suci saling berhubungan. Tradisi
mempunyai titik beratnya dalam Kitab Suci, tetapi tidak terbatas pada Kitab
Suci. Sebaliknya, tradisi berusaha terus menghayati dan memahami kekayaan iman
yang terungkap di dalam Kitab Suci. Kekayaan iman itu misalnya Syahadat. Di
dalam Kitab Suci, kita tidak menemukan Syahadat, tetapi apa yang terungkap
dalam Syahadat jelas dilandaskan pada Kitab Suci. Untuk jelasnya, kita akan
mempelajari buah karya tradisi, yaitu Syahadat. Kita akan mencoba membandingkan
dua Syahadat, yaitu Syahadat Para Rasul (Syahadat Singkat) dan Syahadat dari
Konsili Nicea (Syahadat Panjang).
Syahadat Para Rasul/Singkat Syahadat
Nicea/Syahadat Panjang
Aku percaya akan Allah, Aku percaya akan satu Allah,
Bapa yang mahakuasa, Bapa yang Mahakuasa,
pencipta langit dan bumi; Pencipta langit dan bumi,
dan akan Yesus Kristus, dan segala sesuatu yang kelihatan
Putra-Nya yang tunggal, Tuhan kita, dan
tidak kelihatan;
yang dikandung dari Roh Kudus, dan akan satu Tuhan Yesus Kristus,
dilahirkan oleh Perawan Maria; Putra Allah yang tunggal.
yang menderita sengsara Ia
lahir dari Bapa sebelum segala abad,
dalam pemerintahan Ponsius Pilatus Allah dari Allah,
disalibkan, wafat, dan dimakamkan; terang dari terang;
yang turun ke tempat penantian Allah benar dari Allah benar.
pada hari ketiga bangkit Ia
dilahirkan, bukan dijadikan
dari antara orang mati; sehakikat dengan Bapa;
yang naik ke surga, segala sesuatu dijadikan oleh-Nya.
duduk di sebelah kanan Allah Bapa Ia turun dari surga
yang mahakuasa untuk kita manusia
dari situ Ia akan datang dan untuk keselamatan kita.
mengadili orang hidup dan mati. Dan Ia menjadi daging oleh Roh Kudus
Aku percaya akan Roh Kudus, dari Perawan Maria:
Gereja Katolik yang kudus, dan menjadi manusia.
persekutuan para kudus, Ia pun disalibkan untuk kita.
pengampunan dosa, Waktu Ponsius Pilatus
kebangkitan badan, Ia wafat kesengsaraan dan
dimakamkan.
kehidupan kekal. Pada hari ketiga Ia bangkit
Amin. menurut Kitab Suci.
Ia naik ke surga,
duduk di sisi Bapa.
Ia akan kembali dengan mulia,
mengadili orang yang hidup
dan yang mati;
kerajaan-Nya takkan berakhir.
Aku percaya akan Roh Kudus,
Ia Tuhan yang menghidupkan;
Ia berasal dari Bapa dan Putra;
Yang serta Bapa dan Putra,
disembah dan dimuliakan;
Ia bersabda dengan perantaraan para nabi.
Aku percaya akan Gereja
yang satu, kudus, katolik, dan apostolik,
aku mengakui satu pembaptisan
akan penghapusan dosa.
Aku menantikan kebangkitan orang mati
Dan hidup di akherat.
Amin.
Jawablah pertanyaan berikut!
1. Manakah persamaan dari kedua rumusan Syahadat
di atas?
2. Manakah perbedaan dari kedua rumusan Syahadat
di atas?
3. Mengapa kedua rumusan Syahadat tersebut
berbeda?
Dengan membandingkan kedua rumusan Syahadat tersebut
di atas, kelihatan bahwa kedua syahadat itu berbeda. Perbedaan tersebut
terutama pada rumusan berikut: “Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad, Allah
dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar. Ia dilahirkan,
bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa; segala sesuatu dijadikan oleh-Nya. Ia
turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita”. Yang lain juga
berbeda rumusannya, tetapi isinya kurang lebih sama.
Rumusan kedua syahadat itu adalah
ajaran Gereja yang berasal dari Tradisi. Syahadat pendek lebih tua daripada
Syahadat panjang. Syahadat yang panjang muncul, antara lain disebabkan oleh
munculnya ajaran-ajaran sesat, yaitu ajaran yang tidak mengakui kemanusiaan
Kristus dan yang tidak mengakui ke-Allahan Kristus. Maka, dirumuskanlah
Syahadat secara lebih lengkap. Dalam syahadat panjang itu ditekankan bahwa
Yesus sungguh manusia dan sungguh-sungguh Allah.
3. Kitab Suci dan Tradisi Merupakan Tolok Ukur
Iman Gereja
Kitab Suci bersama tradisi merupakan
tolok ukur iman Gereja. Itu berarti iman Gereja, baik iman Gereja secara
keseluruhan (iman objektif) maupun iman dalam arti sikap masing-masing orang
(iman subjektif), diukur kebenarannya oleh Kitab Suci bersama Tradisi.
1. Dari manakah dasar rumusan iman yang terdapat
dalam Syahadat?
2. Dari manakah sumber kepercayaan Gereja
Katolik akan satu Allah Tiga Pribadi?
3. Dari manakah Gereja Katolik melaksanakan
Devosi kepada Bunda Maria?
4. Tradisi-Tradisi Gereja yang Perlu Diperbaharui agar lebih sesuai dengan
Zaman dan Budaya Setempat
Jawablah Pertanyaan berikut!
1. Apa arti tradisi dalam Gereja Katolik?
2. Sebutkan macam-macam tradisi dalam Gereja
Katolik dan berilah contohnya!
3. Apa artinya ungkapan Kitab Suci bersama
tradisi merupakan tolok ukur tertinggi dari iman Gereja?